Jakarta, Updatesecaracepat – Utang seringkali menjadi salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk mempercepat ekspansi. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, utang bisa menjadi ancaman besar bagi kelangsungan bisnis. Sebagai contoh, emiten tekstil ternama Indonesia, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), yang resmi dinyatakan pailit pada Oktober 2024 akibat utang yang menumpuk. Akibatnya, SRIL harus menutup operasionalnya pada 1 Maret 2025.
Selain itu, ada pula PT Pan Brothers Tbk (PBRX), yang tengah dalam tahap restrukturisasi utang melalui permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Bagi investor yang ingin menghindari risiko terkait utang, memilih perusahaan dengan utang yang minimal bisa menjadi strategi yang baik. Dalam hal ini, fokus utama adalah pada utang bank dan obligasi, karena keduanya sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang tinggi (BI rate).
Berikut ini adalah lima perusahaan yang terbilang minim utang, berdasarkan pantauan Updatesecaracepat :
1. SIDO (PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk)
SIDO, yang terkenal dengan produk Tolak Angin, tercatat tidak memiliki utang bank atau obligasi sama sekali. Meskipun tanpa utang, perusahaan ini tetap memiliki kas yang cukup untuk menjalankan operasionalnya. Berdasarkan laporan keuangan 2024, kas dan setara kas SIDO tercatat sebesar Rp855,56 miliar, naik 3,06% dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk ekspansi, SIDO juga memiliki kapasitas yang kuat dengan free cash flow mencapai Rp1,1 triliun secara Twelve Trailing Month (TTM). Ini berarti, perusahaan ini masih memiliki ruang untuk berinovasi dan berkembang tanpa perlu mengandalkan utang.
2. ACES (PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk)
Emiten yang bergerak di bidang perlengkapan rumah tangga ini, ACES, juga bebas dari utang bank dan obligasi. Hingga September 2024, arus kas operasional perusahaan tetap positif senilai Rp483 miliar. Sementara itu, kas dan setara kas yang dimiliki mencapai Rp1,72 triliun, meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan periode akhir 2023 yang tercatat Rp2,12 triliun. Namun, jumlah kas tersebut setara dengan 30% dari total aset lancar perusahaan.
3. RALS (PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk)
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, yang lebih dikenal dengan jaringan department store-nya, juga tidak memiliki utang bank atau obligasi. Hingga akhir 2024, perusahaan ini memiliki kas yang cukup besar, yakni Rp1,03 triliun, meskipun sedikit turun 13,75% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,19 triliun. Di sisi lain, arus kas operasional RALS masih tercatat positif sebesar Rp776,23 miliar, yang menunjukkan bahwa operasional sehari-hari perusahaan tetap berjalan lancar.
4. MERK (PT Merck Tbk)
Perusahaan farmasi PT Merck Tbk juga tercatat bebas dari utang bank dan obligasi. Hingga September 2024, kas dan setara kas perusahaan tercatat sebesar Rp76,67 miliar. Sementara itu, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi juga masih positif, meskipun terjadi penurunan signifikan menjadi Rp26,81 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp149,64 miliar.
5. BAYU (PT Bayu Buana Tbk)
Emiten yang bergerak di sektor layanan travel ini, PT Bayu Buana Tbk (BAYU), juga tidak tercatat memiliki utang bank dan obligasi. Yang menarik, perusahaan ini memiliki kas yang sangat kuat. Pada September 2024, kas dan setara kas tercatat mencapai Rp607,67 miliar, meningkat 12,85% dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Jika dibandingkan dengan jumlah saham beredar perusahaan, nilai kas per saham BAYU bahkan lebih tinggi dari harga saham perusahaan itu sendiri.
Hingga Kamis (27/3/2025), harga saham BAYU tercatat Rp1.170 per lembar, sementara nilai kas per saham mencapai Rp1.720. Hal ini menunjukkan bahwa kas yang dimiliki oleh perusahaan lebih dari cukup untuk menutupi harga sahamnya.