Jakarta, Updatesecaracepat – VinFast, produsen mobil listrik asal Vietnam, akan segera membangun pabrik di Indonesia. Pengumuman ini terungkap setelah pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Founder serta Chairman Vingroup, Pham Nhat Vuong, di Istana Negara, pada Selasa (11/3/2025).
VinFast berencana mendirikan pabrik mobil listrik di Subang, Jawa Barat, dengan luas lahan mencapai 120 hektare. Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa rencana ini akan segera direalisasikan dengan investasi sekitar Rp4 triliun.
“Mereka akan berinvestasi dalam pembangunan pabrik mobil listrik di Subang, dengan kapasitas produksi 50 ribu kendaraan per tahun,” kata Rosan, dikutip pada Rabu (12/3/2025).
Rosan juga menyebutkan bahwa investasi Rp4 triliun ini merupakan tahap awal untuk menambah lini produksi VinFast di Indonesia. Perusahaan sudah membeli lahan seluas 120 hektare di Subang, dan pabrik ini direncanakan mulai dibangun pada April 2025, setelah bulan Ramadan, dengan target selesai pada tahun 2026.
Jenis mobil listrik yang akan diproduksi berkisar di rentang harga antara Rp200 juta hingga Rp600 juta, dengan berbagai tipe kendaraan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar Indonesia.
“Mereka juga tidak meminta fasilitas khusus dari pemerintah. Tidak ada yang diminta,” tambah Rosan.
Investasi SPKLU dan Energi Terbarukan
Selain pabrik mobil listrik, VinFast juga berencana untuk membangun jaringan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia. Rosan mengungkapkan bahwa tahap pertama pembangunan SPKLU ini akan mencakup 30.000 hingga 100.000 unit yang akan tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
“Pembangunan charging station untuk 100 ribu unit ini diperkirakan memerlukan investasi sekitar US$1 miliar. Namun, pembangunan ini akan dilakukan secara bertahap, mulai dari 30 ribu hingga 100 ribu unit,” jelas Rosan.
Tak hanya itu, VinFast juga berencana untuk berinvestasi dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya energi surya dan angin. Menurut Rosan, perusahaan ini tertarik untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin di Sulawesi dan juga sedang menjajaki lokasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk pengembangan energi surya.
“Untuk tenaga angin, mereka melihat peluang di Sulawesi, tetapi juga mempertimbangkan NTB. Sedangkan untuk panel surya, masih dalam tahap penjajakan,” kata Rosan.