Beberapa pabrik besar di Indonesia tengah menghadapi kesulitan besar yang berujung pada penutupan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Di akhir Februari 2025, penutupan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex Group) menjadi berita yang viral di media sosial. Namun, tidak hanya Sritex, masih ada beberapa pabrik besar lainnya yang mengalami nasib serupa.
Penyebab utama dari penutupan ini adalah turunnya permintaan pasar yang menyebabkan pabrik-pabrik ini tidak mampu lagi menutupi biaya operasional. Akibatnya, sejumlah pabrik harus tutup dan melakukan PHK massal terhadap karyawan mereka.
Berikut adalah beberapa pabrik yang tutup dan melakukan PHK massal di awal tahun 2025:
-
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex Group)
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex Group dikenal sebagai salah satu pabrik tekstil terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Didirikan pada 1966, perusahaan ini sudah berusia 59 tahun dan telah berjaya di industri tekstil. Namun, krisis keuangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat Sritex kesulitan. Modal kerja yang terbatas, biaya produksi yang tinggi, serta kerugian besar akibat pailit, membuat perusahaan ini tidak mampu bertahan.
Pada 1 Maret 2025, pabrik yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah ini resmi tutup, yang mengakibatkan PHK massal terhadap lebih dari 10.000 karyawan. Saat ini, Sritex berada di bawah kendali kurator untuk melakukan pemberesan utang dan pelelangan harta pailit yang telah dinilai oleh akuntan independen.
-
PT Sanken Indonesia
PT Sanken Indonesia mengumumkan bahwa mereka akan menutup pabriknya yang berlokasi di kawasan industri MM2100, Cikarang, Jawa Barat pada Juni 2025. Pabrik ini sepenuhnya dikelola oleh penanaman modal asing dan penutupan ini merupakan permintaan langsung dari pusat perusahaan di Jepang. Penyebab utama penutupan adalah penurunan drastis dalam produksi. Ke depannya, lini produksi akan dipindahkan ke Jepang untuk fokus pada produksi semikonduktor.
Pabrik ini tidak ada hubungan dengan PT Sanken Argadwija, yang lebih dikenal sebagai produsen peralatan elektronik rumah tangga seperti water dispenser.
-
Yamaha
Yamaha Indonesia juga terpaksa menutup dua pabrik piano di Indonesia akibat turunnya permintaan pasar. Penutupan ini mengancam PHK terhadap 1.100 karyawan. Pabrik PT Yamaha Music Product Asia di MM2100, Bekasi, yang mempekerjakan 400 karyawan, akan tutup pada Maret 2025. Sementara itu, PT Yamaha Indonesia yang berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta, dengan 700 karyawan, dijadwalkan tutup pada Desember 2025.
-
PT Tokai Kagu
PT Tokai Kagu, pabrik alat musik yang telah beroperasi di Bekasi sejak 1996, juga mengumumkan penutupan pada 2025. Pabrik ini telah melakukan PHK terhadap ratusan karyawan sebagai bagian dari relokasi produksi kembali ke Jepang. Presiden KSPI, Said Iqbal, menyebutkan bahwa perusahaan ini turut menambah deretan pabrik yang tutup dan mem-PHK karyawan mereka, seiring dengan relokasi produksi.
-
PT Danbi Internasional
PT Danbi Internasional, pabrik yang memproduksi bulu mata palsu di Garut, Jawa Barat, juga mengumumkan penutupan pada 2025. Penutupan ini berpotensi menyebabkan PHK pada lebih dari 2.000 pekerjanya. Pada 10 Februari 2025, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan bahwa PT Danbi Internasional dinyatakan pailit.
Bagaimana Dampaknya?
Penutupan beberapa pabrik besar ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi oleh industri Indonesia, terutama dalam menghadapi penurunan permintaan pasar yang mengancam kelangsungan hidup banyak perusahaan. Pihak-pihak terkait perlu mencari solusi untuk mendukung industri dalam bertahan dan berkembang di tengah krisis ini, agar tidak semakin banyak perusahaan yang mengalami nasib serupa.