Jakarta, Updatesecaracepat – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa musim kemarau 2025 akan dimulai secara bertahap mulai April hingga Juni, yang mencakup sekitar 57,7% wilayah Indonesia atau 402 zona musim (ZOM).
Musim kemarau diperkirakan akan lebih dulu melanda bagian tenggara Indonesia, termasuk sebagian Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT, yang akan mulai mengalaminya sejak Maret 2025. Setelah itu, wilayah barat Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera, akan menyusul, diikuti dengan wilayah utara, yang mencakup Kalimantan dan sebagian Sulawesi.
Sementara itu, wilayah timur seperti Maluku dan Papua diperkirakan baru akan mengalami musim kemarau pada Agustus 2025.
Proyeksi Curah Hujan dan Sifat Musim Kemarau
Secara keseluruhan, BMKG memprediksi bahwa sekitar 59% wilayah Indonesia atau 409 ZOM akan memasuki musim kemarau dalam periode yang lebih lambat atau sama dengan musim kemarau tahun-tahun sebelumnya. Namun, sekitar 60% dari zona musim diperkirakan akan mengalami curah hujan dengan intensitas normal.
Namun, ada sekitar 26% ZOM yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau dengan sifat di atas normal. Ini artinya, wilayah tersebut akan mengalami akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya. Beberapa daerah yang diperkirakan masuk dalam kategori ini antara lain sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan sebagian Papua bagian tengah.
Sebaliknya, ada sekitar 14% ZOM yang diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan sifat di bawah normal, yang artinya musim kemarau di daerah tersebut akan lebih kering dari biasanya. Wilayah yang diperkirakan mengalami kondisi ini antara lain Sumatera Utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan bagian selatan Papua.
Puncak Musim Kemarau 2025
BMKG memprediksi bahwa puncak musim kemarau 2025 akan terjadi antara Juni hingga Agustus di sebagian besar ZOM Indonesia. Puncak musim kemarau tahun ini diperkirakan akan terjadi lebih cepat atau sama dengan tahun-tahun sebelumnya di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Durasi Musim Kemarau yang Beragam
Durasi musim kemarau di Indonesia diperkirakan akan bervariasi. Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami durasi musim kemarau yang lebih pendek dari biasanya. Wilayah dengan durasi musim kemarau paling singkat, yaitu 6 dasarian (2 bulan), diperkirakan terjadi di sebagian Sumatera dan Kalimantan.
Sementara itu, wilayah yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau lebih panjang, selama 24 dasarian (8 bulan), antara lain di sebagian Sulawesi.
Fenomena El Niño dan Dampaknya
BMKG juga mencatat bahwa fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) sedang bertransisi dari fase La Niña menuju fase netral pada Maret 2025. Fase La Niña ini sebelumnya dikaitkan dengan peningkatan curah hujan karena suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang lebih dingin dari normal. Peralihan ini diperkirakan akan memengaruhi pola cuaca dan distribusi curah hujan di Indonesia dalam beberapa bulan ke depan.