Jakarta, Updatesecaracepat – Memasuki awal bulan Ramadan, suasana di pusat perbelanjaan Jakarta terlihat lebih lengang dibandingkan hari-hari biasa. Bahkan, dibandingkan dengan Ramadan di tahun-tahun sebelumnya, tingkat kunjungan tampaknya sedikit lebih sepi.
Berdasarkan pantauan Updatesecaracepat, beberapa mal di wilayah pusat dan selatan Jakarta menunjukkan situasi yang cukup tenang. Misalnya, pada jam-jam menjelang berbuka puasa, restoran dan kafe tampak tidak ramai pengunjung. Begitu juga pada akhir pekan, toko pakaian, sepatu, dan lainnya sepi dari pembeli.
Alphonzus Widjaja, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), mengamati fenomena ini dan memperkirakan bahwa kunjungan ke pusat perbelanjaan akan mulai meningkat pada pertengahan pekan menjelang akhir Ramadan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang mulai berbelanja untuk persiapan Lebaran, serta tradisi buka puasa bersama.
“Puncak kunjungan biasanya terjadi pada minggu ketiga Ramadan, saat masyarakat menerima Tunjangan Hari Raya (THR), yang biasanya dibayarkan dua minggu sebelum Idul Fitri. Di periode ini, masyarakat akan mulai berburu kebutuhan Lebaran seperti pakaian baru, makanan, dan hadiah untuk keluarga,” jelas Alphonzus, kepada Updatesecaracepat.
Meskipun awal Ramadan terbilang sepi, para pengusaha pusat perbelanjaan tetap optimis bahwa jumlah pengunjung akan kembali meningkat, mengikuti tradisi belanja Lebaran yang telah menjadi kebiasaan tahunan masyarakat Indonesia.
Efek Daya Beli Melemah?
Namun, ada satu fenomena yang perlu dicermati. Berdasarkan data Mandiri Spending Index (MSI), nilai belanja masyarakat mengalami penurunan di minggu-minggu menjelang Ramadan, tercatat di angka 236,2. Penurunan ini cukup mencolok, karena tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, penurunan MSI yang serupa hanya tercatat pada Maret 2020, yang menandai awal pandemi Covid-19, saat konsumsi masyarakat mengalami penurunan tajam.
Secara historis, Ramadan menjadi puncak konsumsi masyarakat Indonesia, dengan lonjakan belanja yang terjadi bahkan sebelum bulan puasa, terutama untuk kebutuhan pangan dan minuman. Tahun ini, Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025.
Menurunnya MSI menjelang Ramadan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya deflasi pada Februari 2025. Seperti yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), data Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode Februari 2025 menunjukkan adanya deflasi baik secara bulanan (-0,48% mtm) maupun tahunan (-0,09% yoy).
Deflasi ini menjadi perhatian karena terjadi menjelang Ramadan, yang biasanya merupakan periode dengan inflasi tinggi. BPS juga mencatatkan bahwa deflasi terjadi dua bulan berturut-turut, yaitu Januari dan Februari 2025. Ini bahkan menjadi kali pertama Indonesia mengalami deflasi tahunan dalam 25 tahun terakhir.